



- Bupati Anambas Tekankan Pentingnya Pramuka Hadir Ditengah Masyarakat
- Polres Bersinergi dengan Pemkab dan Bulog Salurkan Beras Murah Bermutu
- Bupati Anambas Pimpin Upacara Kemerdekaan dengan Khidmat
- Meriah, Pentas Seni Kelurahan Tarempa Warnai Peringatan HUT ke-80 RI di Anambas
- Upacara HUT Kemerdekaan ke-80 RI Batam, Ada Penggagal dan Pemusnah Penyelundupan Narkoba 4 Ton di Barisan Tamu Kehormatan
- Detik-Detik Keberangkatan Pangkogabwilhan I, Bupati Anambas Lepas dengan Kesan Mendalam di Lanudal Matak
- Kukuhkan Paskibraka Anambas, Bupati Aneng Minta Pemuda Jadi Garda Depan Bangsa
- Pertamina Patra Niaga Sumbagut Meriahkan HUT ke-80 RI dengan Promo dan Aktivasi Spesial Sepanjang Agustus
- Relly Wisata Batam-Johor Sukses, Ardiwinata: Saya Tunggu Event yang Sama di 2026
- 713 Napi Rutan Batam Dapat Remisi HUT Kemerdekaan RI ke-80, 35 Langsung Bebas
Penemuan Batu Bata Bersejarah di Dapur Arang Batam

Keterangan Gambar : Tim Ahli Cagar Budaya Batam bersama CPNS Museum Raja Ali Haji, Sekretaris Kelurahan Sei Pelunggut dan sejarawan Wahyu Tero Primadona berfoto di depan batu bata bersejarah di bangunan Dapur Arang, Kampung Dapur 12, Sagulung, Batam, Kepulauan Riau, Rabu (25/6/2025). /Disbudpar Batam
KORANBATAM.COM - Tim Ahli Cagar Budaya Batam bersama Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) Museum Raja Ali Haji, Sekretaris Kelurahan Sei Pelunggut dan sejarawan Wahyu Tero Primadona menemukan sejumlah batu bata bersejarah di bangunan Dapur Arang, Kampung Dapur 12, Kecamatan Sagulung, Batam, Kepulauan Riau pada Rabu (25/6/2025).
Bangunan yang diduga sebagai Objek Diduga Cagar Budaya (ODCB) ini, diperkirakan berdiri sejak tahun 1930 silam sebagai pusat produksi arang, menyimpan artefak berupa batu bata bermerek yang mengungkap jejak sejarah perdagangan regional.
Batu bata yang ditemukan mencakup merek Nanyang, Alexandra, Goh Bee dan Hock Ann serta produk lokal Batam Brickworks.
Khususnya, batu bata bermerek Nanyang, yang diproduksi oleh Nanyang Brick Works di Singapura sekitar 1950-1974 menjadi sorotan karena menunjukkan hubungan perdagangan antara Batam dan Singapura pada masa itu.
Bata Nanyang, dengan ukuran 22 cm x 8,5 cm x 7,5 cm dikenal luas diekspor ke wilayah Semenanjung Asia, termasuk Batam, sebagaimana bata bermerek Alexandra (23,3 cm x 10,5 cm x 7,5 cm), Goh Bee (22 cm x 10,5 cm x 7 cm), dan Hock Ann (24 cm x 11 cm x 7,5 cm).
Penemuan ini memperkuat nilai historis Dapur Arang sebagai bukti aktivitas industri arang dan produksi bata di Batam, yang berperan dalam perdagangan internasional hingga akhir 1980-an.
Bangunan Dapur Arang sendiri, yang terletak di pesisir dekat Pulau Dangsi, menunjukkan tanda-tanda pelapukan dengan dinding berlumut, rumput liar dan material campuran seperti batako.
Meski demikian, keberadaan batu bata bersejarah ini menegaskan peran Kampung Dapur 12, yang juga dikenal sebagai Kampung Atok Itam dalam sejarah maritim dan industri regional.
Menurut Wahyu Tero Primadona, batu bata ini bukan hanya artefak, tetapi juga cerminan hubungan ekonomi dan budaya antara Batam, Singapura dan Malaysia.
“Bata Nanyang dan lainnya adalah bukti nyata bagaimana Batam menjadi bagian dari jaringan perdagangan global pada masanya,” ucapnya melalui Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Batam, Ardiwinata kepada KoranBatam, Kamis (26/6).
Makam Atok Itam, yang masih terawat, turut memperkaya narasi sejarah kawasan ini.
Tim berencana melanjutkan penelitian untuk mendokumentasikan temuan ini dan mengusulkan perlindungan status cagar budaya bagi Dapur Arang.
Batu bata bersejarah ini, dengan nilai historis dan estetikanya, berpotensi menjadi koleksi museum atau elemen dekorasi dalam proyek restorasi bangunan klasik.
Masyarakat diimbau untuk mendukung pelestarian situs ini demi menjaga warisan sejarah Batam.
(iam)

