



- Sales Counter JNE di IKN Diresmikan, Tanam 1.000 Pohon Dukung Kota Hutan Berkelanjutan
- Serap Aspirasi Satukan Sinergi Jaga Kamtibmas, Polsek Sagulung Ajak Ngopi Tokoh Warga Nias
- Warga Sakit Pencernaan di Lambung dan Empedu, Kapolsek Batuampar-Kanit Reskrim hingga Kepala Puskesmas Turun Membesuk
- BP Batam-Mayapada Resmikan Peletakan Batu Pertama RS Internasional Mabih di Sekupang
- Zest Hotel Harbour Bay Tawarkan Paket Spesial
- Ardiwinata Apresiasi Grand Wedding Expo Edisi 4 Kembali Digelar
- Perluasan Wilayah KPBPB Batam, BP Batam Gelar Konsultasi Publik Rancangan Perubahan PP 46 Tahun 2007
- BP Batam Dukung Upaya Perkuat Peran Insinyur Lokal
- Akses ke Telaga Bidadari Ditutup, BP Batam: Bukan Tempat Wisata
- Regu Disbudpar Batam Pakai Tanjak Berkain Songket Ikuti Gerak Jalan Batam 2025
Waktu Sandar Kapal di Pelabuhan Batuampar Turun hingga 50 Persen

Keterangan Gambar : Penampakan STS crane di Pelabuhan Batuampar, Batam. /Dok. BP Batam
KORANBATAM.COM - Waktu sandar kapal di Terminal Peti Kemas (TPK) Batuampar telah turun drastis. Dari yang sebelumnya untuk membongkar 100-600 box kontainer dari kapal membutuhkan waktu 48 hingga 52 jam. Kini hanya menjadi 9 sampai 22 jam, tidak sampai satu hari.
Semakin singkatnya waktu sandar kapal di pelabuhan otomatis mengurangi biaya logistik. Sebab semua tahu, setiap menit, atau bahkan detik dalam aktivitas kemaritiman, apalagi jika sudah waktunya membongkar atau memuat barang, ibarat argo di mobil taksi. Semakin lama, tentunya biaya yang dikeluarkan akan semakin membengkak.
Turunnya waktu sandar kapal di TPK Batuampar ini tak terlepas dari keputusan Kepala BP Batam, Muhammad Rudi yang mendatangkan crane modern, Ship to Shore (STS) crane pertama di TPK Batuampar April 2023 lalu.
Untuk menggantikan crane manual yang konvensional. Masih harus ada orang yang naik ke kontainer untuk memasang tali di empat sudutnya.
“Teknologi saat ini sudah cukup canggih. Kita pesan crane ini tidak lain karena ingin memenuhi kebutuhan Batam dengan teknologi terkini. Kota Batam tidak boleh ketinggalan dari negara lain,” tegas Kepala Badan Pengusahaan (BP) Batam, Muhammad Rudi beberapa waktu yang lalu.
Direktur Badan Usaha Pelabuhan (BUP), Dendi Gustinandar mengatakan, sejak dioperasikan pada awal September hingga akhir Septermber 2023, STS Crane telah dapat mengakomodir 15 persen dari total volume kegiatan bongkar muat yang ada di TPK Batuampar.
Ia optimistis pemanfaatan STS Crane untuk kegiatan bongkar muat di Terminal Umum Batuampar dapat terus meningkat seiring dengan efektivitas layanan yang diberikan.
“Kita terus mengevaluasi pengoperasian STS Crane di Terminal Umum Batuampar,” katanya.
Dendi menegaskan, Batam harus mengambil potensi international transhipment port yang saat ini masih didominasi oleh pelabuhan di Singapura (32.3 Juta TEUs), Busan (12.2 Juta TEUs), Tanjung Pelepas (10.6 Juta TEUs), dan Port Klang (8.4 Juta TEUs).
Tiga dari Pelabuhan Transhipment dunia tersebut, memiliki kesamaan dengan Batam, yakni sama-sama berada di jalur tersibuk di dunia, Selat Malaka yang dilintasi 90.000 kapal per tahunnya.
Untuk itu, ia membutuhkan dukungan dari semua pihak dalam mewujudkan Batam sebagai hub logistik internasional dapat tercapai. Sebab, jika TPK Batuampar dikembangkan dengan lebih baik, akan berdampak pada perekonomian Batam dan Indonesia secara umum akan semakin meningkat.
“Kawasan Industri yang ada di Batam juga harapannya dapat berkembang dengan terbukanya pintu-pintu perdagangan dunia secara langsung,” ujarnya. (***)

