



- Deputi Bidang Pelayanan Umum BP Batam Tinjau Distribusi Air di Kawasan Baloi Center
- Bukti Komitmen Hijau, Pertamina Patra Niaga Sumbagut Borong 14 Penghargaan Ensia 2025
- Wanita Penghuni Kos di Batuampar Batam Diintip lewat Kamera Tersembunyi, Tak Lama Diamankan Polisi
- Pengurus Pikori BP Batam periode 2025-2029 Resmi Dilantik
- Tutup Pelaksanaan Porkot Batam VI, Amsakar Dorong Pembinaan Atlet Berkelanjutan
- Polisi Selidiki Temuan Tengkorak dan Tulang Manusia usai Cari Cumi di Pulau Noran Anambas
- Tokoh Masyarakat di Bengkong Ajak Seluruh Komponen Jaga Kerukunan-Stabilitas Wilayah
- Tak Usah Khawatir, Mental Health Dijamin BPJS Kesehatan
- Listrik di Tanjung Piayu Padam, PLN Batam Jelaskan Penyebabnya
- Siswa Dikreg Seskoal Angkatan ke-65 Laksanakan Audiensi ke Kodaeral IV, Ini yang Dibahas
Perihal Penanganan Stunting, Rudi Terima Kunker Spesifik Komisi IX DPR RI

Keterangan Gambar : Kunjungan kerja spesifik Komisi IX DPR RI terkait pengawasan stunting di Kota Batam, Kamis (2/2/2023). /Pemkot Batam
KORANBATAM.COM - Wali Kota Batam, Muhammad Rudi menerima kunjungan kerja spesifik Komisi IX DPR RI terkait pengawasan stunting di Kota Batam, Kamis (2/2/2023). Rudi menyampaikan selain menangani langsung perihal stunting, Batam kini terus melakukan berbagai lompatan pembangunan.
Semangat membangun guna menstilmulus ekonomi bukan tanpa sebab. Rudi ingin masyarakat sejahtera dan pemerintah berkesempatan lebih membantu masyarakat yang masih kurang mampu.
“Stunting berkaitan dengan kekurangan gizi, maka ekonomi penting,” kata Rudi yang juga Kepala BP Batam.
Selain itu, walikota juga mengungkapkan pihaknya mendukung gerakan bapak asuh stunting. Dalam hal ini, ia membuka kesempatan pegawai maupun pengusaha untuk andil.
Ia bersyukur, pada penanganan Covid-19 Batam menjadi yang terbaik pada tahun 2020, setahun setelah kasus pertama covid dinyatakan ada di Batam. Salah satu indikatornya yakni pertumbuhan ekonomi.
“Tahun 2022 lalu, ekonomi Batam mencapai 4,75 persen,” ungkapnya.
Sementara itu, Ketua Tim Kunker Spesifik, Nihayatul Wafiroh menyebutkan, selain di Batam, kunjungan juga dilakukan dilakukan di Gowa Sulawesi Selatan dan juga Kalimantan yang memang fokus temanya adalaha stunting.
“Bapak dan ibu stunting menjadi persoalan yang luar biasa di Indonesia. Alhamdulillah secara nasional angka stunting turun dari 2021 24,4 persen dan pada tahun 2022 turun menjadi 21,6 persen,” imbuhnya.
Namun demikian, ini masih jauh dari target yang ditetapkan Presiden Joko Widodo bahwa 2024 kita turun secara nasional menjadi 14 persen.
Merujuk pada data, sebut dia, angka stunting di Kota Batam tidak terlalu tinggi. Namun usaha menekan stunting diharapkan terus dilakukan.
“Kita akan mengalami bonus demografi 2030, bila kondisi anak-anak masih stunting sementara mereka pemimpin bangsa ini ke depan yang harus memiliki kualitas yang baik dalam mengelola bangsa ini,” katanya.
Perihal capaian penanganan stunting di Batam, sebelumnya, Ketua Tim Percepatan Penanganan Stunting Kota Batam, Amsakar Achmad mengungkapkan, angka stunting Batam menurun drastis. Jika pada tahun 2021 lalu pada angka 5,8 persen menjadi 2,5 persen pada tahun 2022.
Wakil Wali Kota Batam, Amsakar Achmad menyebutkan, hal tersebut diumumkan saat Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Banggakencana dan Percepatan Penurunan Stunting 2023 BKKBN RI yang dibuka langsung oleh Presiden Joko Widodo di Jakarta, Rabu (25/1/2023).
“Saya ucapkan terima kasih kepada seluruh tim yang telah bekerja keras dalam hal ini,” kata Amsakar saat itu.
Menurutnya, kerja menekan angka stunting belum selesai. Angka 2,5 persen tersebut seyogyanya dapat ditekan lagi hingga zero stunting.
Perihal ini, Amsakar menyakini dengan keterlibatan semua pihak dan pemangku kepentingan, Batam bebas stunting akan mudah dicapai.
Terkhusus peran TNI-Polri, yang beberapa waktu lalu telah membentuk Bapak/Ibu Asuh Stunting, baik di level pusat, provinsi maupun daerah-daerah, khususnya Batam.
“Ini sangat membantu, dan akan sangat berperan signifikan dalam upaya penanganan stunting,” ujarnya.
Sejak awal, Batam memang memberikan perhatian ekstra untuk menyelesaikan persoalan stunting ini.
Pertimbangan paling utama yakni masa depan bangsa dan negara ke depan ditentukan dari bagaimana mempersiapkan generasi unggul sejak awal. Terlebih, menjemput bonus demografi pada tahun 2030 dan Indonesia Emas 2045.
“Sebenarnya generasi ini bisa dijaga dengan cara kita memberikan atensi atau perhatian kolektif,” imbuhnya. (***)


