- Lanud Hang Nadim-Tim Gabungan Tertibkan Wilayah KKOP Bandara
- BP Batam Terima Audiensi PT Gunung Puntang Mas
- Ekonomi Kepri Tertinggi Secara Nasional, BI Dorong Pengembangan Ekonomi Biru
- Wakapolda Kepri: Konten Kreator Punya Tanggungjawab Moral Sebarkan Nilai Positif di Tengah Masyarakat
- Imigrasi Batam Deportasi 186 WNA gegara Salahgunakan Izin Tinggal
- Batam Catatkan Pertumbuhan Logistik yang Signifikan
- Sinergi Bangun Batam, Kalapas Baru Temu Sapa Wartawan
- Kick Off Pelatihan Calon Transmigran Rempang Eco-City: Bangun Peradaban, Ciptakan Pusat Ekonomi Baru
- Kepala Lapas Batam Terima Kunjungan Studi Lapangan Mahasiswa Unrika
- JNE Raih Penghargaan Best CMO Award 2025
Ekonomi Kepri Tertinggi Secara Nasional, BI Dorong Pengembangan Ekonomi Biru

Keterangan Gambar : Agenda Kepri Economic Forum yang digelar BI di Grand Mercure Batam Center, Batam, Kepulauan Riau, Selasa (4/11/2025). /Dok. BI
KORANBATAM.COM - Bank Indonesia (BI) mencatat pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) berada di level tertinggi secara nasional, disertai dengan inflasi yang tetap terkendali di kisaran 2,8 persen. Capaian ini disampaikan dalam Kepri Economic Forum yang digelar di Grand Mercure Batam Center, Batam, Selasa (4/11/2025).
Forum tersebut sekaligus menjadi ajang diseminasi Laporan Perekonomian Provinsi (LPP) Kepri 2025 bertema Unlocking Kepri’s Inclusive Growth Potential Through the Blue Economy.
Tema ini mencerminkan arah pembangunan ekonomi Kepri yang menitikberatkan pada potensi maritim, perikanan, pariwisata bahari serta keberlanjutan lingkungan sebagai fondasi pertumbuhan jangka panjang.
Kepala Perwakilan BI Provinsi Kepri, Ronny Widijarto menegaskan bahwa, capaian ekonomi Kepri menunjukkan fondasi makroekonomi yang semakin kokoh.
“Kita bersyukur pertumbuhan ekonomi Kepri tetap tinggi, namun inflasi berhasil dijaga stabil di bawah 3 persen. Ini menjadi kombinasi yang langka di tengah tekanan ekonomi global,” ucap Ronny.
Berdasarkan data BI, pertumbuhan kredit perbankan di Kepri melonjak hingga 20,6 persen, dua kali lipat dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya tumbuh 10 persen. Kenaikan ini terutama didorong oleh kredit korporasi yang tumbuh 26,3 persen, menandakan peningkatan aktivitas industri dan investasi di daerah tersebut.
Ronny menambahkan, tantangan berikutnya adalah menjaga agar pertumbuhan tersebut tidak hanya tinggi, tetapi juga inklusif dan berkelanjutan.
“Kita jangan berpuas hati. Pertumbuhan yang tinggi saja tidak cukup. Kita ingin pertumbuhan yang bisa dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat dari pelaku industri besar hingga UMKM dan rumah tangga,” bebernya.
Sementara, dari sisi struktur ekonomi, sektor industri pengolahan, perdagangan, dan ekspor masih menjadi penggerak utama. Namun, BI menilai penting untuk memperkuat kontribusi konsumsi rumah tangga dan investasi agar pertumbuhan tetap seimbang dan tahan terhadap gejolak global.
Sejalan dengan tema forum, BI juga mendorong pengembangan Blue Economy (ekonomi biru) sebagai pilar baru pembangunan Kepri. Pendekatan ini menekankan pada pengelolaan sumber daya laut secara berkelanjutan, peningkatan nilai tambah industri perikanan serta pengembangan pariwisata bahari berbasis komunitas.
“Dengan potensi maritim yang besar, Kepri punya posisi strategis untuk menjadi model ekonomi biru di Indonesia. Ini bukan hanya soal pertumbuhan ekonomi, tapi juga keberlanjutan lingkungan dan kesejahteraan masyarakat pesisir,” papar dia.
Forum ekonomi ini turut dihadiri oleh perwakilan pemerintah daerah, pelaku usaha, akademisi, dan lembaga keuangan. Diskusi berfokus pada strategi memperkuat daya saing daerah melalui investasi berkelanjutan, diversifikasi ekspor dan inovasi sektor keuangan.
“Kami melihat pentingnya kolaborasi lintas sektor. Pertumbuhan yang inklusif dan berkelanjutan hanya bisa tercapai jika semua pihak pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat bergerak bersama,” tukasnya. (*)
▴-▴
▴-▴

























































































