- Li Claudia: Anugerah Investasi BP Batam Jadi Inspirasi dan Perkuat Sinergi Bangun Daerah
- ESB Dorong Transformasi Digital Kuliner Sumatera, Mulai dari Batam
- Kapolsek Batuampar dan Wartawan Coffee Morning
- Silaturahmi Kepala dan Waka BP Batam dengan Kajati Kepri
- Makan Berhidang Warnai Rangkaian Kenduri Warisan Budaya Takbenda Batam 2025
- Sudah 2 Kali, Kakek Durjana Cabuli Bocah 4 Tahun di Bengkong Batam
- Baju PDU Walikota Batam Pertama, Koleksi Terbaru di Museum Raja Ali Haji di Hari Jadi ke-5
- Didepan Pemerintah AS, Fary Tegaskan Komitmen Prabowo Jadikan Batam Tujuan Investasi Dunia
- Pemotor Tewas Tergeletak di Tempat, Diduga Jadi Korban Tabrak Lari
- Bhayangkari Ranting Bengkong Dorong Semangat Sehat dan Perkuat Tali Persaudaraan lewat Senam Aerobik
Menteri Perekonomian akan Pantau Harga Bawang dan Beras

KORANBATAM.COM, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengaku akan memonitor harga bawang merah dan beras. Pasalnya, dua komoditas tersebut menyumbang inflasi Oktober masing-masing sebesar 0,02 persen dan 0,01 persen.
Komoditas lain yang memberi andil kepada inflasi adalah daging ayam ras sebesar 0,05 persen.
"Faktor inflasi ini yang kami jaga, seperti harga bawang merah, harga beras itu nanti akan kami monitor," kata Airlangga dikutip dari CNN Indonesia, Jumat (1/11).
Ia menuturkan pemerintah akan menjaga stabilitas harga bahan makanan sehingga inflasi dari komponen harga pangan bergejolak (volatile foods) tetap terjaga. Pada Oktober, kelompok bahan makanan mengalami deflasi sebesar 0,41 persen, dengan andil kepada deflasi sebesar 0,08 persen.
Di sisi lain, stabilitas harga bahan makanan diharapkan dapat menjaga tingkat konsumsi masyarakat. Alasannya, konsumsi masyarakat merupakan komponen paling besar dalam pertumbuhan ekonomi, yakni sebesar 55 persen hingga 60 persen.
"Nanti kami akan koordinasi dengan Menteri Perdagangan dan Perum Bulog. Mungkin minggu depan akan kami rapatkan," tuturnya.
Selain mengawasi harga bahan makanan, Airlangga juga menyatakan pemerintah akan memantau dampak dari kenaikan cukai rokok sebesar 23 persen awal tahun 2020. BPS mencatat rokok kretek dan rokok putih menyumbang inflasi masing-masing sebesar 0,01 persen.
"Kalau kami lihat yang di atas itu (kelompok masyarakat ekonomi atas), sebetulnya mereka daya belinya tidak terganggu, kalau harga rokok yang tinggi," ujarnya.
Sebagai informasi, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi secara bulanan (month-to-month) sebesar 0,02 persen pada Oktober 2019. Angka ini berbanding terbalik dengan bulan sebelumnya ketika indeks harga deflasi, 0,27 persen.
Jika dilihat secara komponen, kelompok bahan makanan jadi, minuman, dan tembakau mengalami inflasi tertinggi sebesar 0,45 persen dengan sumbangan kepada inflasi sebesar 0,08 persen. Dari komponen ini, lanjut dia, komoditas yang cukup dominan kepada inflasi adalah nasi dan lauk pauk, rokok kretek dan rokok putih menyumbang inflasi masing-masing sebesar 0,01 persen.(CNN Indonesia/red)
▴-▴
▴-▴


























































































